UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS DAN GOTONG ROYONG MELALUI PROJEK PEMBUATAN BATIK ECOPRINT TEKNIK STEAM
Batik merupakan salah satu warisan budaya asli Indonesia yang telahdiakui oleh dunia. Oleh karena itu, penting bagi setiap warga Negara Indonesia untuk mencintai budaya bangsa dan berupaya untuk selalu melestarikannya. Hal ini juga berlaku bagi pendidik maupun peserta didik. Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam melestarikan budaya batik ini yaitu dengan mengenalkan batik beserta cara pembuatannya kepada peserta didik melalui kegiatan projek pembuatan batik.
Ada banyak ragam dan corak batik yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Salah satu karya batik yang dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan alami ramah lingkungan yaitu batik ecoprint yang dibuat dengan teknik steam (kukus). Kreasi batik jenis ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang menarik untuk dipraktekkan di sekolah. Selain karena mudah untuk dipraktekkan, pembuatan batik jenis ini cukup memanfaatkan bahan-bahan alam yang ada di sekitar kita. Jadi, produk yang dihasilkan tentunya ramah lingkungan dan limbah daun dari hasil mengukus kain bisa digunakan untuk pupuk organik dan tentunya tidak berbahaya sebagaimana jika membuat batik dengan pewarna sintetis.
Oleh karena itu, penulis bersama tim Pembina pramuka mencoba melaksanakan mini project di SMP Negeri 2 Karangdowo dengan mengambil tema membuat batik ecoprint dengan teknik steam. Dengan mengerjakan serangkaian proses bersama-sama maka projek pembuatan batik ecoprint dengan teknik steam ini secara tidak langsung akan meningkatkan karakter gotong royong pada diri peserta didik. Adapun kegiatan menata daun pada kain sebelum dikukus dapat mendorong meningkatkan kreativitas peserta didik sedemikian hingga tercipta motif yang indah dan unik pada kain batik nantinya. Jadi, tujuan utama penyelenggaraan projek membuat batik ecoprint dengan teknik steam ini yaitu untuk meningkatkan kreativitas dan gotong royong pada diri peserta didik.
SMP Negeri 2 Karangdowo merupakan salah satu sekolah di Kabupaten Klaten yang berada di sektor pedesaan. Lingkungan alam di sekitar sekolah umumnya pedesaan dengan beragam tumbuhan yang tumbuh liar maupun memang sengaja ditanam. Oleh karena itu, dedaunan yang biasa dimanfaatkan untuk membuat batik ecoprint dengan teknik steam mudah dijumpai dan didapatkan. Ada daun ketapang, daun jarak, daun papaya, daun waru, daun jati, daun jambu, daun belimbing, dan lain sebagainya. Selain itu, kulit kayu mahoni maupun kayu secang juga bisa diperoleh dengan mudah. Kulit kayu mahoni bisa diperoleh secara cuma-cuma dari pengrajin kayu. Adapun kayu secang bisa dibeli di pasar tradisional terdekat.
Peserta didik yang bersekolah di SMP Negeri 2 Karangdowo sendiri khususnya peserta didik kelas VII juga memiliki keunikan tersendiri. Mereka lebih menyukai aktivitas fisik dan suka bermain. Ketika ada hari bertepatan
dengan jadwal kegiatan ekskul pramuka, sebagian peserta didik selalu bertanya, “Nanti ekstra atau tidak, Bu?”, “Nanti izin boleh, Bu?” dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik terkesan terbebani dan kurang tertarik dengan ekskul pramuka. Saat pembina memberikan tugas pada regu maka yang mengerjakan dan ikut berpikir hanya sebagian kecil saja, anggota regu lainnya lebih suka menanti temannya. Hal ini menunjukkan bahwa karakter gotong royong dan kreativitas peserta didik masih perlu ditingkatkan.
Oleh karena kekayaan alam yang ada di sekitar lingkungan cukup melimpah dan karakter gotong royong serta kreativitas peserta didik masih perlu ditingkatkan maka guru selaku Pembina pramuka mencoba mengambil inisiatif dengan menyelenggarakan projek membuat batik ecoprint dengan teknik steam untuk meningkatkan kreativitas dan gotong royong pada diri peserta didik demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.
Tantangan yang dihadapi dalam menyelenggarakan projek pembuatan batik ecoprint dengan teknik steam antara lain: belum ada guru di SMP Negeri 2 Karangdowo yang memiliki pengalaman membuat batik ecoprint dengan teknik steam, proses pembuatan batik ecoprint memerlukan banyak tahapan dan padatnya jadwal mengajar Pembina damping.
Untuk mengatasi tantangan terkait minimnya pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan batik ecoprint dengan teknik steam maka guru selaku Pembina pramuka belajar mandiri melalui youtube serta bertanya rekan sejawat yang berprofesi sebagai guru sekaligus pengrajin batik yaitu Setyowati Batik. Namun, karena rekan sejawat tersebut berdomisili di provinsi berbeda maka agar lebih efisien kami berkonsultasi melalui wathshap.
Untuk mengatasi keterbatasan waktu belajar peserta didik di sekolah dan banyaknya tahapan proses pembuatan batik ecoprint dengan teknik steam maka saya mengerjakan sebagian proses dengan sebagian bahan kain secara mandiri di rumah. Dengan demikian, peserta didik tetap bisa mempraktekkan semua tahapan dengan bahan kain yang tersedia dan dengan waktu yang lebih pendek.
Adapun untuk mengatasi minimnya Pembina damping karena kesibukan tugas mengajar maka saya memilih hari Sabtu bertepatan dengan jadwal ekskul pramuka dan saya hanya memiliki 2 jam mengajar di hari tersebut. Oleh karena itu, saya dapat memandu peserta didik sejak pagi seusai tugas mengajar. Peserta didik yang saya libatkan untuk praktik saat masih jam intrakurikuler yaitu perwakilan dari tiap kelas dan mengerjakan tahapan projek secara parallel. Ketika jam pelajaran telah usai maka semua peserta didik kelas VII dilibatkan dalam projek secara bersama-sama.
Proses pembuatan batik ecoprint teknik steam yang dilakukan oleh peserta didik di SMPN 2 Karangdowo adalah sebagai berikut.
Tahap pencucian
Pada tahap ini peserta didik merendam kain dalam larutan detergen selama 10 menit, kemudian dikucek dan dibilas dengan air bersih. Selanjutnya, peserta didik menjemur kain hingga kering.
Tahap Mordanting
Pada tahap ini, peserta didik memasukkan 0,25 kg tawas dan 10 liter air ke dalam panci. Selanjutnya, peserta didik mengaduk campuran tersebut agar tawas larut dalam air. Kemudian, peserta didik memasukkan kain satu per satu ke dalam larutan air tawas dan direbus selama 1 jam. Setelah itu, kain didiamkan 1 malam. Langkah terakhir dari proses mordanting ini yaitu kain dikucek dan dibilas dengan air bersih kemudian dijemur hingga kering.
Tahap pewarnaan dasar kain
Sebelum membuat motif pada kain dengan menggunakan dedaunan, kain katun polos yang semula berwarna putih polos sebagian perlu diberi warna dasar selain putih agar produk batik ecoprint yang dihasilkan nanti lebih beragam dan menarik. Bahan baku untuk membuat dasar pada kain tetap menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita. Berikut ini beberapa bahan alam yang digunakan serta proses pembuatannya.
Untuk warna merah, peserta didik memasukkan 0,25 kg kayu secang dan air 10 liter ke dalam panci. Selanjutnya, peserta didik merebusnya hingga air yang tersisa dalam panci tinggal tersisa sekitar setengah dari semula. Setelah itu, larutan air secang disaring ke ember. Selanjutnya, kain yang akan diwarnai dicelupkan dalam larutan air secang dan diangin-anginkan. Pencelupan kain ini diupayakan hingga 5x.
Untuk warna kuning, peserta didik memasukkan daun ketapang yang sudah diiris-iris sebanyak 1 kg dan air 10 liter ke dalam panci. Selanjutnya, peserta didik merebusnya hingga air yang tersisa dalam panci tinggal tersisa sekitar setengah dari semula. Kemudian, larutan air daun ketapang disaring ke ember. Selanjutnya, kain yang akan diwarnai dicelupkan dalam larutan air daun ketapang dan diangin-anginkan. Proses pencelupan kain juga diupayakan minimal hingga 5x.
Untuk warna coklat, peserta didik memasukkan kulit kayu mahoni yang telah dipotong kecil-kecil dan 10 liter air ke dalam panci. Selanjutnya, panci direbus hingga air yang tersisa dalam panci tinggal tersisa sekitar setengah dari semula. Larutan air kulit kayu mahoni kita saring ke ember. Selanjutnya, kain yang akan diwarnai dicelupkan dalam larutan air kulit kayu mahoni dan diangin-anginkan. Proses pencelupan kain ini juga diupayakan hingga 5x.
Tahap pembuatan motif dan pengukusan
Langkah awal yaitu kami dan peserta didik menyiapkan larutan air cuka. Selanjutnya, daun-daun untuk ecoprint dicuci dengan air bersih. Setelah itu, daun-daun direndam dalam larutan air cuka selama 10 menit kemudian daun-daun ditiriskan.
Sambil menanti proses treatmen pada daun, kami menyiapkan larutan air tawas. Berikutnya, kain yang akan dibuat batik ecoprint dicelupkan pada air tawas dan diangin-anginkan hingga apuh. Jika sudah tidak ada air yang menetes maka kain siap digunakan.
Langkah berikutnya, peserta didik memasang lembaran plastik dengan ukuran lebih lebar daripada kain. Kemudian peserta didik meletakkan lembaran kain di atas plastik tersebut. Berikutnya, peserta didik menata daun-daun di atas kain sehingga membentuk motif tertentu sesuai kreasi yang diinginkan. Setelah daun tertata rapi, peserta didik menutupnya dengan lembar kain baru dan lembarkan plastik di atas kain penutup.
Susunan kain, daun, dan plastik di atas kemudian ditekan-tekan agar kedua kain menempel dan tidak ada angin yang ada di sela-sela daun atau kain. Selanjutnya, kain dan plastik digulung pelan-pelan dan dilipat serapi mungkin. Kemudian, gulungan kain tersebut diikat yang kuat dengan menggunakan tali raffia. Setelah itu, gulungan kain yang mirip lontong dikukus selama 2 jam. Setelah 2 jam, gulungan kain diangkat dan ditunggu agak dingin.
Langkah berikutnya, kami dan peserta didik membuka gulungan kain dengan hati-hati agar plastik tidak sobek dan besok masih digunakan lagi. Kain yang sudah dikukus kita buka, kita bersihkan daun-daun yang masih menempel pada kain, dan selanjutnya kain kita angin-anginkan di tempat yang teduh hingga kering. Hal yang perlu diperhatikan, kain tidak boleh dijemur di bawah matahari secara langsung agar warna maupun motif batik ecoprint ini tetap awet.
Tahap penguncian warna
Agar warna dan motif batik ecoprint tidak cepat pudar maka perlu adanya penguncian warna. Langkahnya adalah sebagai berikut. Kita siapkan larutan air tawas. Kain batik kita rendam 5 menit dalam larutan air tawas. Selanjutnya, kain dikucek, dibilas, dan diangin-anginkan. Hindari terkena sinar matahari langsung agar warna tidak cepat pudar.
Setelah saya bersama tim Pembina pramuka SMP Negeri 2 Karangdowo melaksanakan projek pembuatan batik ecoprint dengan teknik steam ini, kami memperoleh beberapa hasil yang cukup menggembirakan. Berdasarkan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas peserta didik selama proses melaksanakan projek pembuatan batik ecoprint, peserta didik terlihat senang, antusias, saling membantu dan bekerjasama dengan sangat baik.
Para peserta didik juga senang bisa menuangkan ide kreatif kelompok mereka dalam menata daun sedemikian hingga motif batik yang diperoleh juga beragam. Peserta didik bebas memilih jenis daun yang digunakan, bebas menata daun pada kain sehingga terlihat unik dan indah, serta bisa memilih kain penutup yang nantinya akan dipadu padankan dengan kain pertama.
Oleh karena itu, batik ecoprint yang dihasilkan memiliki keunikannya masing-masing. Motif dan corak warna batik yang dihasilkan sangat beragam. Peserta didik terlihat sangat penasaran ketika membuka kain setelah dikukus dan senang karena memperoleh pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah mereka dapatkan.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa peserta didik, mereka juga menunjukkan respon positif. Dengan melaksanakan projek pembuatan batik ecoprint teknik steam ini, mereka merasa senang bisa belajar dan bekerjasama bersama teman-temannya, bisa memupuk persatuan di antara mereka, bisa menumbuhkan jiwa wira usaha, serta bisa ikut menjaga batik Indonesia agar tetap lestari.
Kegiatan ini juga memberikan dampak yang positif bagi saya selaku guru maupun tim Pembina pramuka di SMP Negeri 2 Karangdowo. Dengan merancang dan menyelenggarakan projek ini, saya terdorong untuk mempelajari dan berani. mencoba hal baru, belajar untuk lebih memaksimalkan lingkungan sebagai sumber belajar, meningkatkan kolaborasi dengan teman, dan memaksimalkan asset yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran yang menyenangkan. Kami sebagai guru juga sudah semestinya menggali potensi dan berkreasi agar bisa memberikan layanan pendidikan yang lebih baik bagi peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan kami selaku tim Pembina serta hasil refleksi dari peserta didik dan guru maka dapat disimpulkan bahwa projek pembuatan batik ecoprint dengan teknik steam ini terbukti dapat meningkatkan karakter kreatif dan gotong royong pada diri peserta didik. Projek pembuatan batik ecoprint dengan teknik steam ini juga memberikan dampak positif lain bagi peserta didik maupun guru dalam menyikapi pembelajaran.
Haryati – Guru Penggerak Angkatan 3 Kab. Klaten – SMPN 2 Karangdowo